Kemunculan hikayat merupakan kelanjutan dari cerita pelipur lara yang berkembang dalam tradisi lisan masyarakat. Kemudian, diperindah dengan tambahan unsur-unsur asing terutama unsur Hindu dan Islam. Hikayat ini dipergunakan sebagai media didaktis (pendidikan).
Untuk memahami sebuah hikayat, perlu diperhatikan
hal yang sering ada dalam sebuah hikayat, yakni sebagai berikut.
a. Maknai kata-kata sukar dalam bahasa Melayu yang pasti akan muncul dalam sebuah hikayat, seperti titah, fiil, konon, apatah, dan maka
b. Masalah yang dimaksud / tema, seperti peng khianatan suami istri (perselingkuhan ular jantan dan betina)
c. Pelaku kapal dan pelaku sampingannya (hubungan antarpelaku), seperti Raja Hindustan, permaisuri, ular jantan dan betina.
d. Karakteristik Melayu Melayu Klasik,
(1) bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Klasik, (2) pelaku binatang, (3) istanasentris, cerita sekitar raja-raja, dan (4) berisi kejadian yang tidak sesuai.
e. Nilai-nilai yang sedang, seperti moral dalam sebuah hikayat.
f. Amanat dalam cerita, misalnya niat atau perbuatan jahat tidak selalu terkabul atau berhasil
Contoh hikayat :
HIKAYAT AMIR
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam.Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.
Dikutip dari : http://karyacombirayang.blogspot.co.id